Senin, 17 November 2014

Jadikan Ibadah sebagai Kebutuhan, Bukan Hanya Sekedar Kewajiban

Pray, not because you need something. But because have a lot to be thankful for.

Jika berbicara soal ibadah, pasti berhubungan erat kaitannya dengan agama. Sebab, ibadah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah agama. Jika seseorang ingin disebut sebagai penganut agama Islam, maka ia haruslah mengerjakan macam-macam ibadah yang ada di dalam agam Islam. Jika seseorang ingin disebut sebagai penganut agama Kristen, maka ia pun harus mengerjakan ibadah-ibadah yang menjadi kewajiban di dalam agama Kristen tersebut.

Begitu pula dengan agama-agama lainnya, sebab ibadah merupakan identitas agama yang paling representatif bagi setiap umat beragama. Walaupun setiap agama memiliki cara beribadah yang berbeda-beda, namun, memiliki tujua yang sama, yaitu untuk menyembah dan mengagungkan Sang Pencipta dan untuk meningkatkan kualitas rohani manusia.

Namun, fenomena yang terjadi adalah semakin hari semakin banyak saja manusia yang lalai dari melaksanakan ibadah. Termasuk pula umat Islam yang semakin hari semakin banyak yang meninggalkan dan mengabaikan ibadah-ibadah Islami. Keadaan ini disebabkan karena banyak umat Islam yang menganggap ibadah sebagai suatu kewajiban. Tapi, bukankah memang sudah seharusnya begitu?

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang ibadah sebagai kewajiban, alangkah baiknya jika kamu pahami terlebih dahulu pengertian tentang ibadah menurut Islam yang dikutip dari situs muslim.or.id berikut. Penulis syarah Al-Wajibat menjelaskan, “Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.” (Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28).

Adapun secara istilah syari’at, para ulama memberikan beberapa definisi yang beraneka ragam. Di antara definisi terbaik dan terlengkap adalah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). 

Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. 

Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).

Ya, begitulah pengertian ibadah secara singkat. Kembali kepada pembahasan mengenai ibadah sebagai kewajiban, bahwa sekarang banyak umat Islam yang menganggap ibadah hanya sebagai kewajiban. Sebagaimana yang kita ketahui, kewajiban adalah berbagai macam hal yang harus kita lakukan/laksanakan/penuhi. Sebagai manusia biasa, tentu kita pasti pernah merasa malas dan enggan dalam melaksanakan kewajiban tersebut. 

Begitu pula halnya dengan melakukan ibadah. Ada saatnya kita sangat semangat dalam melaksanakan ibadah dan ada saatnya pula kita merasa agak malas dalam melaksanakan ibadah. Tentu itu sangat manusiawi. Tapi, alangkah baiknya jika kemanusiawian itu tidak dijadikan alasan untuk dengan mudahnya meninggalkan ibadah. 

Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi rasa malas itu? Jawabannya adalah ubah pola pikir/cara pikir/paradigma kita terhadap ibadah. Tak perlu lagi menganggap ibadah sebagai kewajiban. Tapi, jadikanlan ibadah itu sebagai kebutuhan vital dalam kehidupan kita sekarang dan kehidupan kita nanti. Anggaplah ibadah itu ibarat makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan kita yang jika tidak dipenuhi maka kita tidak akan selamat. Sehingga, kita pun tidak akan merasa malas dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab, adakah orang yang malas makan ketika ia lapar? Adakah orang yang malas minum ketika ia haus? Tentu tidak ada. Tidak ada manusia di dunia ini yang merasa malas untuk memenuhi kebutuhan vital dalam kehidupannya sebab itu tentu akan mengancan keberadaan nyawanya. 

Nah, jika kita menganggap ibadah itu sebagai kebutuhan vital kita, maka Insya Allah rasa malas itu akan menghilang perlahan-lahan. Namun, jika kita terus memanjakan diri kita bersama kemalasan maka keberadaan nyawa keimanan kita pun akan terancam. Sehingga, nyawa nafsu yang bersifat merusaklah yang akan hidup merajalela di dalam diri kita.

Maka dari itu, sekarang mulailah coba bagi yang masih merasa malas dalam beribadah, untuk mengubah paradigma terhadap ibadah dari yang merupakan suatu kewajiban menjadi suatu kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan kita. Walaupun mungkin terkadang efek dari pemenuhan kebutuhan itu tidak terasa langsung ketika kita masih di dunia,namun, yakinlah bahwa efeknya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan abadi kita di akhirat nanti. Bagi yang sudah tidak merasa malas lagi dalam beribadah, semoga kamu selalu di-istiqamahkan hati dan pikirannya oleh Allah agar terus beribadah menyembah dan mengagungkan-nya. Aamiin. #BKmedia

Source: http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/10/jadikan-ibadah-bukan-sebagai-kewajiban-567531.html

0 komentar:

Posting Komentar